Jumat, 20 November 2009

November is Novella

November.
Bulan yang mungkin salah satu bulan favorit gue. Banyak hal yang terjadi di bualn kesebelas ini. Engga banyak yang bisa gue ceritakn sekarang, alasannya sederhana : gue lagi numpang di warnet! haha. Tapi gue janji akan bercerita banyak di sini karena it's i want.

November.
Setidaknya itu bakalan mengisi posting gue di bulan ini haha. Jadi engga melulu Oktober doang. Move on November, guys.

Jumat, 16 Oktober 2009

Poem of My Heart : Malam Tanpa Angan

Jumat, 16 Oktober 2009.

Kondisi kesahatan gue memburuk. Batuk, tenggorokan sakit dan gatal banget, hidung yang sudah mulai mampet. Bad news buat gue karena sebentar lagi mid semester akan menghampiri. Go for fighting, it must i do! :)

Gue lagi engga gitu ngeh buat bahas topik-topik tertentu, apalagi pulsa lagi minim hihi. Banyak point-point yang berkeliaran tapi penjabarannya perlu feel lagi. Sementara ini, puisi-puisi dulu yang mampir ya. Masih puisi tentang ketika SMA.

Malam Tanpa Angan

Tak seperti malam sebelumnya
Aku terkulai lemah
Sang malam membiarkan aku dan bayangku terdiam di sudut ruang
Dan benar
Aku hanya terdiam menanti

Tak enggan aku tatap langit malam
Berharap akan ada bintang yang beri terang
Namun tak lagi ada harap
Bintang seolah menutup mata akan pintaku

Mataku mencoba meraih sudut lain
Berharap setidaknya jangkrik bersedia temani
Keberuntungan tak berpihak
Jangkrik memilih berselimut dedaunan
Mencoba mencari kehangatan di tengah dingin membunuh

Mataku beralih pada jalan setapak
Sepi penuh lirih tanpa berharap ada yang menapak
Tanpa maksud merayu
Kucoba berharap tuk membunuh dingin bersama
Namun harap tak lagi merajut
Jalan setapak berdiam dan berkutat pada dentingan lampu malam

Kamis, 15 Oktober 2009

Katakan Apakah Ini?

Katakan Apakah Ini ?

Malam ini terlalu dingin
Untuk aku mengerti
Malam ini pula terlalu dingin
Untuk aku pahami
Itulah catatan kecilku
Di tengah malam yang tak menyingkap makna

Aku dan mataku mulai menyeruak
Bertanya sepintas lalu pada bintang malam
“Apakah ini ?”
Mereka tersenyum simpul
Dan aku tak mendapatkan jawab

Aku dan telingaku pun menggeliat
Penuh tanya kuutarakan pada jangkrik
“Apakah ini ?”
Dia hanya memandangku dan berlalu
Dan aku kembali tak mendapatkan jawab

Aku dan nafasku turut berucap
Kutanya pada angin malam
“Apakah ini ?”
Dia pun berlalu sembari mengumbar deras anginnya
Dan lagi-lagi aku tak mendapatkan jawab

Aku dan tanganku pun enggan berdiam
Aku bertanya pada rerumputan
“Apakah ini ?”
Mereka tersenyum di balik rimba malam
Aku tak lagi mendapatkan jawab

Aku dan pikiranku tak mengurung ruang
Mengusik tanya pada langit malam
“Apakah ini ?”
Dia hanya menebarkan bintang malam
Aku pun lagi-lagi tak mendapatkan jawab

Hanya tinggal hatiku
Ia enggan berturut serta menabur tanya
Seperti yang aku lakukan tadi

Hatiku berbisik pelan
“Jangan tanyakan pada mereka
Karena mereka tak tahu hatimu.
Tanyakan itu pada hatimu dan bukan pada mereka.”

Aku terkesingkap
Aku bertanya pada hatiku setengah berbisik
Berharap mendapatkan jawaban
“Apakah ini ?”
Hatiku menjawab pelan sembari tersenyum
“Ini cinta dan biarkan ini tetap menjadi cinta.”

Aku tersenyum
Aku dapatkan apa yang aku mau
Aku dapatkan apa yang aku tanya
Ternyata ini cinta
Yang mampu membuatku terbungkam
Dan memilih menelaah hidup dengan senyum

“Katakan apakah ini dan aku katakan ini cinta.”



Satu lagi puisi yang masih ada di dokumen gue. Masih tentang cinta. Mungkin, kalau ada waktu luang, gue akan cari lagi puisi-puisi gue yang dulu :)

Miyabi oh Miyabi ...

Kamis, 15 Oktober 2009.

Maria Ozawa atau yang lebih dikenal dengan Miyabi, heboh dibicarakan dimana-mana. Lucu buat gue, hihi. Ada yang pro dengan kedatangannya ke Indonesia, tapi tidak sedikit pula yang menentang keras Miyabi dalam rangka penggarapan film 'Menculik Miyabi'. Kalau gue, netral.

Menurut gue, ini bukan hal-hal yang harus diambil pusing oleh masyarakat Indonesia. Indonesia pada dasarnya adalah negara yang bebas tapi bertanggung jawab. Sejauh kebebasan itu tidak mengganggu hak-hak maupun kebebasan dari orang lain, kenapa harus diperdebatkan? Itu juga yang ada di film 'Menculik Miyabi' ini. Setiap orang punya hak untuk berkarya, salah satunya adalah Miyabi. Di negara asal dia, oke-oke saja dengan film 'panas' yang dibintangi dia. Namun di Indonesia, dia harus beretika, apalagi Indonesia adalah negara yang masih ketimuran. Itu saja permasalahannya, menurut gue. Terlalu banyak hal yang dibesar-besarkan dan dihebohkan. Secara bodohnya, misalkan saja ada adegan-adegan yang (menurut Indonesia) terlalu wah atau vulgar, masih ada filter buat itu semua : Lembaga Sensor Indonesia. Lucu, kan? Hal simple yang terlalu dikait-kaitkan dengan hal-hal sepele.

Banyak hal yang sebenarnya yang lebih pantas kita pikirkan, dari segi politik ekonomi pendidikan kebudayaan pertahanan dan keamanan. Lihat saja, bencana yang menimpa Padang dan sekitarnya belum beralih dari pandangan kita, eh sudah ada hal lagi yang diributkan. Ada juga salah satu public figure yang, entah bagaimana asalnya, mengaitkan kedatangan Miyabi dengan bencana di Padang dan sekitarnya. Aneh, menurut gue.

Gue netral : kalau datang, oke silakan berkarya dengan baik. Kalau engga datang, ya engga bagaimana-bagaimana juga. Yang penting, sama-sama saling menghormati. Kita sebagai tuan rumah welcome sama dia, dan dia juga harus menghormati sisi-sisi ke-Indonesia-an kita. That's it. Semuanya sudah kelar di situ saja, dan engga perlu pakai demo-demo yang bergaris keras yang sering gue lihat di televisi. Negara pun engga perlu terlalu mencampuri urusan personal, seperti pembuatan film segala. Itu kembali menurut gue. Menurut pasal sekian UUD 1945, gue lupa hihi, isinya kira-kira begini : hal-hal yang berkaitan dengan hidup orang banyak itu urusan negara, selebihnya diserahkan ke masyarakat, dan balik lagi tidak saling bertentangan. Itu poinnya.

Gue pun engga terlalu ngeh dengan film 'Menculik Miyabi' ini. Kata para orang di balik layarnya, film ini murni drama komedi, hanya saja melibatkan Miyabi sebagai penarik minat masyarakat.

Senin, 12 Oktober 2009

Global Warming, Lagu, dan Puisi

Senin, 12 Oktober 2009.
Rutinitas kembali lagi. Hari-hari kembali ke awal lagi. Aktifitas dari awal minggu lagi. Dan engga terasa 2 minggu lagi tepatnya tanggal 26 Oktober 2009, mid semester akan menghadang. Gue harus lebih siap, gue harus lebih mematangkan materi-materi yang ada. Haha, gaya gue.

Gue juga sempat baca tentang global warming di Suara Merdeka halaman pertama, pas gue menemani teman-teman gue makan di wartok. Gue prihatin dengan kondisi bumi. Menurut artikel itu, di bagian Kutub Utara sudah mulai merasakan imbasnya. Daratan es yang dahulu diklaim sebagai es abadi, kini sudah mulai membelah. Lapisannya mulai menipis. Lapisan es tersebut pun sudah banyak yang mencair, bahkan sejak September 2008 atau 2009, gue lupa, kapal-kapal pun sudah bisa berlayar di Kutub Utara. Mungkin itu juga yang menyebabkan beberapa negara seperti Amerika Serikat, Rusia, Norwegia, dan lain-lain mengklaim Kutub Utara sebagai wilayah mereka. Pandangan mereka tentang prospek, canggih. Mereka berpikir, beberapa waktu ke depan, ketika es-es sudah mencair, wilayah Kutub Utara bisa menjadi jalur pelayaran antara Asia dan Eropa dan memiliki daya jangkau bisnis yang oke. Ckckck, gue benar-benar khawatir dengan bumi. Gue pengen go green! Masih dimatangkan dulu nih idenya, semoga bisa menjadikan bumi lebih hijau, amin.

Hmm, gue lagi suka dengan beberapa lagu jadul, yang menurut gue masih asik banget buat jadi teman. Loving younya Rosana. Loving younya D'cinnamons. I remembernya Mocca. Lagu-lagu yang manis, mengalun asik, membuat gue lebih menikmati suasana.

Ini ada puisi. Sedikit karya gue ketika gue SMA. Gue hobi buat puisi sejak SD. Engga banyak orang tahu dan engga banyak orang ngeh, tapi gue tetap suka. Ini salah satunya.

Aku suka dia
Sang surya pun membahanakan sinarnya
Guna mengiyakan pernyataan itu
Tetapi dia tak mengerti

Aku sayang dia
Cakrawala langit pun meninggikan tiang
Turut menganggukan kata-kata aku
Tetapi dia tak mengerti

Aku cinta dia
Pelangi di tengah hujan pun berikan kilau
Buktikan hatiku tak berdusta
Tetapi dia tak mengerti

Dan biarkanlah dia mengerti
Seperti aku yang meneliti
Derai uraian cinta yang tersisa di hati

Dan biarkanlah dia mengerti
Bahwa aku suka dia
Aku sayang dia
Dan aku cinta dia

Dan biarkanlah dia mengerti

Biarkanlah Dia Mengerti - Sheilla

Oh iya, happy birthday to Mbak Djayanti. Wish you all the best ya :)
*ini musim orang ulang tahun ya?*

Sabtu, 10 Oktober 2009

Loving You is Easy

Sabtu, 10 Oktober 2009.
Gue engga comfort dengan koneksi internet gue. Tiap kali mau ngepost selalu gagal dan itu menyebabkan gue enggan dulu buat berblog ria dengan menulis banyak kata. Tapi satu hal yang membuat gue mau kembali buka blog : gue dapat lagu-lagu yang membuat gue tentram. Lagu-lagu yang bisa membuat gue tanpa sengaja menarik guratan senyum ketika lagu-lagu itu mengalun.

Lovin' you is easy cause you're beautiful
Makin' love with you is all wanna I do
Lovin' you is more than just a dream come true
And everything that i do is out of lovin' you

No one else can make me feel
The colors that you bring
Stay with me while we grow old

And we will live each day in springtime
Cause lovin' you has made my life so beautiful
And every day my life is filled with lovin' you

Lovin' you i see your soul come shinin' through
And every time that we oooooh
I'm more in love with you

Loving you

SMA = Sekolah Menengah Atas

Sabtu, 10 Oktober 2009.

Gue sudah beberapa hari engga bercerita kepada kamyuuu, blog hihi. Gue agak malas sama koneksi internet yang membuat gue smakin enggan berblog ria, apalagi gue lagi disergap dengan hawa-hawa malas. Nah di weekend ini gue akan mengulas isi hati gue.


SMA. Apa yang ada di benak pikiran elo tentang S-M-A? Masa-masa indah yang bakal elo ceritakan ke anak-anak elo nantinya? Atau masa-masa sekolah dimana semua kenalan dianggap wajar? Atau SMA buat elo biasa saja dan hanya untuk menapaki bangku kuliah?


Gue makhluk abu-abu. Bukan karena gue berseragam putih abu-abu, tapi karena gue hanya makhluk yang hanya dipluskan di masa SMA, hmm itu menurut gue setidaknya. Ketika SMP, gue engga berharap banyak dengan SMA. Gue pikir saat ini SMA ya SMA, sekedar sekolah dimana setelah SMP elo melanjutkan ke SMA dan setelah SMA akan ada kuliah yang menanti.


SMP gue akselerasi, banyak orang memandang sebelah mata dengan status gue itu. SMA awal reguler gue merasa teman-teman sekelas engga seoke bayangan gue dan masuklah gue di akselerasi. Lagi-lagi, ada pihak yang memuji keberuntungan gue itu, tapi engga sedikit pula yang mencemooh. Gue tipe orang yang menunggu uluran tangan orang buat berkenalan, itu istilah antara gue sama Rinta hihi. Bahasa lainnya adalah gue pasif, jadilah gue hanya murid SMA yang engga punya banyak teman, itu point yang benar-benar gue sesali sampai sekarang.


Gue hanya penonton dari drama-drama per-SMA-an di depan gue. Kalau menurut bahasa gue, gue tipe penganalisa. Kalau ada drama, gue lebih suka sebagai penonton yang menganalisa sifat dari para tokoh yang ada dan dari situ gue bisa menyimpulkan. Kalau pun gue bergabung di drama itu, gue enggan jadi tokoh utama, gue pilih peran biasa saja dan tetap mengamati. Itulah gue. Gue mengamati hampir semua orang di SMA. Kalau bahasa percintaan, gue hanya mengagumi dari jauh di dalam kasih tak sampai haha. Itu point yang membuat masa SMA gue lengang, hal-hal yang sering diceritakan orang-orang tentang masa SMAnya yang ternyata engga gue punya.


Sedih? Hmm, engga juga, gue cukup menikmati masa-masa SMA gue dengan cara gue sendiri.

Menyesal? Gue rasa engga seharusnya gue menyesal. Ketika elo menyesal, elo bakal menyesali tiap langkah yang DIA lakukan buat elo. Dan gue engga mau itu ada di gue. Gue engga menyesali langkah DIA yang membuat gue bersekolah di SMA gue tercinta, yang juga menempatkan gue di kelas percepatan yang cenderung berbeda dengan yang lainnya.

Hmm, pembicarannya terlalu luas mungkin, dan gue juga merasa demikian. Mungkin. Tapi gue akan menuangkan uneg-uneg gue lebih lagi, di kesempatan lain :) Ya, berdoalah koneksi internet rumah engga parah dan engga perlu membuat gue untuk numpang di warnet haha.

abu-abuers